Masa Depan AI: Sebuah Kesempatan atau Ancaman?

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) telah mengalami kemajuan yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir. Dari perangkat lunak hingga robotika, AI telah memberikan kontribusi besar dalam berbagai bidang seperti kesehatan, transportasi, dan teknologi informasi. Namun, kira-kira apa yang akan terjadi di masa depan AI? Di masa depan, AI akan terus mengalami perkembangan yang menakjubkan dan mengubah secara fundamental cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan teknologi.

Deep Learning

Di antara berbagai pendekatan dalam pengembangan AI, deep learning telah muncul sebagai pilar utama yang menggerakkan kemajuan dan membuka potensi baru bagi masa depan AI. Deep learning adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran mesin (machine learning) yang berfokus pada pembentukan jaringan saraf tiruan yang kompleks. Mirip dengan cara kerja otak manusia, jaringan saraf tiruan dalam deep learning terdiri dari lapisan-lapisan neuron buatan yang disebut "lapisan tersembunyi" atau "lapisan dalam" (hidden layers). Setiap lapisan dalam tersebut akan mempelajari representasi yang semakin abstrak dan kompleks dari data yang dimasukkan ke dalam jaringan.

Di masa depan, deep learning sebagai bagian dari machine learning akan mendapatkan lebih banyak perhatian. Penerapan deep learning dalam Computer Vision dan Natural Language Processing (sebuah metode untuk membuat computer bisa mengenali bahasa alami manusia) akan semakin berkembang dengan pesat. Misalnya pada asisten virtual yang bisa diperintah dengan menggunakan suara, mengenali wajah seseorang, dan mobil otonom. Robotika akan menjadi bidang yang yang mengubah kehidupan banyak orang di masa depan.

Pro dan Kontra

Tidak sedikit orang yang skeptis dan kontra dengan teknologi Artificial Intelligence (AI). Mereka mengatakan bahwa AI akan membuat jurang pemisah antara si “kaya” dan si “miskin” semakin lebar, bahkan mungkin menghancurkan umat manusia. Pemikiran tersebut terbentuk karena teknologi AI akan membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin dan repertitif akan dengan mudah digantikan oleh mesin dan AI. Misalkan profesi pengemudi truk, penjaga toko, kasir, customer service, pegawai bank, akuntan, bahkan guru akan terancam digantikan oleh AI. Mesin dan AI dapat melakukan banyak pekerjaan dengan jauh lebih cepat, lebih akurat, dan tidak akan rewel meminta naik gaji atau meminta libur cuti seperti manusia.

Sebaliknya, mereka yang pro dengan teknologi AI justru berpendapat bahwa AI akan meningkatkan taraf hidup manusia. Dengan digunakannya teknologi AI di pekerjaan-pekerjaan yang “membosankan” manusia bisa bekerja di bidang yang lebih memerlukan kecerdasan dan kreativitas.

Penutup

Dalam bukunya yang berjudul “21 Lessons for the 21st Century”, Profesor Yuval Noah Harari mengatakan bahwa manusia tidak perlu bersaing dengan mesin. Teknologi AI memang akan mengambil pekerjaan tradisional yang biasa dikerjakan manusia, namun lapangan pekerjaan yang hilang akan segera tergantikan dengan terciptanya lapangan kerja baru. Sebagai contoh, dengan adanya pesawat tempur tak berawak “Reaper” dan “Predator”, US Air Force (Angkatan Udara Amerika Serikat) sudah tidak membutuhkan pilot yang duduk dalam pesawat tempur lagi, artinya satu jenis lapangan pekerjaan , yaitu pilot pesawat tempur menjadi hilang. Namun, ternyata untuk mengoperasikan satu pesawat tak berawak tersebut, US Air Force membutuhkan 30 orang untuk menyiapkan, mengendalikan, dan merawat pesawat. Lebih jauh lagi, diperlukan setidaknya 80 orang untuk menganalisis data dan foto yang dikirimkan oleh kamera pengintainya.

Lalu, bagaimana kita harus menyikapi teknologi AI? Kita harus sebisa mungkin menguasai teknologi ini. Kita yang masih dianugerahi kemampuan dan kesempatan untuk belajar, sebaiknya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menguasai teknologi ini. Kita harus bisa memanfaatkan dan memaksimalkan potensinya, bukan malah menghindarinya. Karena suka atau tidak, mau atau tidak mau, teknologi ini akan masuk dan semakin meluas dalam kehidupan kita.

Muhamad Rizki
Muhamad Rizki

Komentar


Translate